Beginilah Akhirnya

Annyeong haseo. Hah, bukannya post Whoever You Are part 2 malah ngepost ff lain,hehe. Oke, jadi sebenernya ini tugas bahasa indonesia duluuu(Makanya udah jadi dan tinggal di post. Mendahulukan yang udah jadi, gituh.).
Ceritanya kan suruh bikin cerpen, trus aku bikin cerpen deh dengan niat cuma mau masukin nama Jae Jin, Won Bin, sama Min Hwan. Trus nama Kang Min Hyuk tu aku bikin sendiri liat dari yang nama korea lewat tanggal-bulan-hari lahir tuh lho, tapi cuma asal tanpa merhatiin tanggal, bulan, sama tahun lahirnya(cuma ambil namanya doang).
Dan belakangan setelah ngumpulin ni tugas, aku baru tau kalo drummernya CNB tuh namanya Kang Min Hyuk!(shock). Yasud, akhirnya ini jadi fanfic deh. Makanya, yang bahasa korea ini di miringin, namanya juga buat tugas Bahasa Indonesia-_-(males ngeditnya,wkwk).
><><><><><><><><><>< 
CAST :
Shin Eun Ra
Kang Min Hyuk a.k.a Kang Min Hyuk
Lee Jae Jin a.k.a Shin Jae Jin (Eun Ra’s brother)
Oh Won Bin a.k.a Shin Won Bin (Eun Ra’s brother)
Song Seung hyeon a.k.a Shin Seung Hyeon (Eun Ra’s brother)
Author a.k.a Han Hyo Ri
Choi Min Hwan a.k.a Hyo Ri’s boyfriend
===========================================================================
Aku berlari ke taman dan berusaha menghilangkan ingatan tentang kejadian hari ini. Sampai di tengah taman aku mulai kelelahan. Akupun berhenti dan berdiri terpaku. Tak terasa air mataku menetes besamaan dengan gerimis yang mulai membasahi Seoul. Hujan turun makin deras, begitu pula tangisku. Langit seperti tahu bagaimana suasana hatiku saat ini. Akhirnya aku terjatuh dan duduk diam sambil terus menangis.
Namaku Shin Eun Ra. Hari ini benar benar penuh kekecewaan untukku. Dan semua ini tak mungkin terjadi bila aku tidak mengenal Kang Min Hyuk, seseorang yang telah membuatku menjadi seperti ini.
*****
(flashback)
Setahun yang lalu…
“Eun Ra, cepatlah bangun! kamu kan harus sekolah,” kudengar suara teriakan Jae Jin oppa yang berusaha membangunkanku.
“Aku kan masih mengantuk oppa!” erangku.
“Kalau jam 7 kamu belum siap, aku tak akan mengantarmu ke sekolah,” ancamnya.
“Minta anterin Won Bin oppa  dong.”
“Won Bin udah berangkat. Katanya ada urusan.”
“Umm, telepon Min Hyuk dong!” jawabku tak mau kalah.
“Dia kan anak rajin, jam segini pasti udah disekolah dong. Kamu mau ngerepotin dia ya?”
“Huh! Iya deh aku siap-siap sekarang. Keluar sana!” kataku sambil mendorongnya keluar kamar. Akhirnya aku yang kalah.
“Jae Jin oppa menyebalkan!” pikirku.
Dengan perasaan yang masih sebal aku segera menuruti kata oppaku untuk siap-siap. Sebenarnya aku bisa berangkat sendiri. Tapi kalu ada yang nganter, lebih baik dianter dong. Setelah selesai aku langsung keluar dan berharap menemukan banyak masakan enak di meja. Jae Jin oppa itu jago masak. Sejak kami hanya tinggal bertiga dengan Won Bin oppa, Jae Jin oppa belajar memasak. Dan masakannya sangat enak. Setelah aku sampai meja makan aku membuka tudung saji, dan ternyata….
OPPAAAA! Kenapa cuma ada roti sih? Oppa kok nggak masak?” tanyaku kesal.
“Lagi males, lagi pula tadi aku bangun agak kesiangan jadi nggak memungkinkan masak. Ini aja mungkin mepet soalnya harus nganter kamu dulu.”
“Ugh, ya udah deh.”
“Cepet lho makannya. Nggak dikunyah lebih bagus tuh, kan jadi lebih cepet.”
“Ih oppa! Ya nggak mungkin dong kalo nggak di kunyah. Ini bukan bubur oppa. Emang aku ini binatang?” omelku sampai aku lupa makan rotiku.
“Hahaha, ya nggak lah. Kan cuma bercanda Eun Ra,” jawab oppaku sambil tertawa.       
“Hih, katanya keburu-buru. Kok masih sempet-sempetnya bercanda sih?!”           
“Udah ah,cepetan makan jangan ngomel terus. Nanti malah bukan cuma aku yang telat, kamu juga telat. Aku ke depan duluan ya.”      
“Terserah deh.”
Aku menghabiskan roti dan susuku lalu segera keluar. Kami segera berangkat. 5 menit kemudian kami sampai di sekolahku.      
Gomawo oppa,” aku berterimakasih dengan nada dipaksakan, setengah hati, dan senyum yang dibuat-buat karena masih sebal dengan kejadian di rumah tadi.
“Wah nggak ikhlas nih bilang makasihnya?” ucap Jae Jin oppa sambil tersenyum. Senyumnya itu adalah salah satu senjata ampuh untuk membuatku tidak kesal lagi padanya. Walaupun dia saudara kandungku, dia bisa membuatku meleleh! Terkadang aku berfikir jangan-jangan sebenarnya dia bukan saudara kandungku.        
“Hehe, gomawo oppaku yang baik,” sekarang nadaku lembut dan senyum yang lebih tulus.
“Nah, gitu dong. Cheonmaneyo.
“Oke, aku ke kelas dulu ya, annyeonghi kyeoseyo!”
 “Annyeonghi kaseyo,” jawab Jae Jin oppa.
Aku melambaikan tangan dan melihatnya menjauh dari sekolah. Aku berbalik dan berjalan menuju kelasku.
*****
Saat masuk ke kelas, kulihat Hyo Ri sudah ada di kelas. Muncul rencana di pikiranku untuk mengagetkannya dari belakang. Aku berjalan pelan-pelan. Dan di belakangnya aku langsung menjalankan rencanaku.
Annyeong haseyo, Hyo Ri!” ucapku cukup keras hingga aku berhasil membuatnya kaget.
“EUN RA! Ngagetin orang aja sih kamu tuh!” omelnya. Ekspresi kagetnya tadi benar-benar lucu sehingga membuatku tak kuasa menahan tawa.
“Huahaha, ekpresi kagetnya Hyo Ri benar-benar lucu!” aku tertawa terus sampai perutku sakit. Apa lagi muka sebalnya malah membuat tawaku makin menjadi-jadi.
“Sudahlah Eun Ra, jangan di ketawain terus. Kasian lho Hyo Ri. Lagi pula apa perutmu nggak sakit ketawa sampai keyak gitu?” tawaku reda saat mendengar suara yang sepertinya tepat dibelakangku itu. Perasaan geliku menghilang. Aku menoleh ke belakang. Dan ternyata dugaanku benar, itu adalah suara Min Hyuk.
“Ehehe,” hanya itu yang bisa kulakukan di depannya. Bisa kurasakan wajahku memanas. Sepertinya wajahku memerah.
“Cielah, ada yang salah tingkah nih,” kata Hyo Ri sambil tertawa.
“Ih, apaan sih,” ucapku kesal.
Bel masuk berbunyi. Aku kembali ke tempat dudukku dengan perasaan yang melayang. Aku masih terpesona dan sedikit salah tingkah gara-gara Min Hyuk. Padahal sebulan lalu aku sudah resmi menjadi pacarnya. Sejak dari kelas 1 SMP aku memang menyukainya. Dan sekarang mimpiku jadi kenyataan. Bagiku dia adalah cowok yang paling baik. Dia sering membantuku. Terutama dalam urusan pelajaran. Setelah di ajari Min Hyuk, nilaiku naik drastis. Yah, dia memang salah satu murid pintar di sekolahku.
*****
10 bulan kemudian…
Bel pulang berbunyi. Aku dan Hyo Ri segera menuju loker lalu berjalan menuju gerbang. Akhir-akhir ini Min Hyuk tidak pernah mengantarku pulang. Katanya dia ada les. Memang sih dia ikut macam-macam les, tetapi biasanya dia les tiap sore dan malam. Buktinya dulu dia bisa mengantarku pulang. Tapi tak apalah, aku itu kan juga untuk kepentingannya. Walaupun sebenarnya kupikir dia agak berubah. Hyo Ri menunggu pacarnya, Min Hwan. Min Hwan adalah anak SMA di sekolah yang sama dengan kami. Tetapi jam pulang sekolahnya 5 menit lebih lama dari anak SMP. Sedangkan aku meminta Seung Hyeon oppa untuk menjemputku karena Jae Jin oppa belum pulang sekolah. Sesampai di gerbang kami menunggu sambil duduk di bawah pohon dekat gerbang yang masih berada di area halaman sekolah.
“Eun Ra, mau nggak nanti sore kita jalan-jalan?” Hyo Ri membuka pembicaraan.
“Mau dong. Cuma berdua aja nih?” 
“Aku ngajak Min Hwan dong. Kamu ngajak Min Hyuk aja,” usulnya.          
“Oke, aku usahain deh.”
Aku melihat ke luar gerbang untuk mengecek apakah Seung Hyeon oppa sudah sampai atau belum. Ternyata aku tidak melihat tanda-tanda adanya Seung Hyeon oppa. Tetapi, aku malah melihat Min Hyuk di sana.      
“Hei, ada Min Hyuk tuh di sana. Gimana kalo tanya sekarang aja?”           
“Oke, ayo ke sana.”   
Kami berjalan menuju tempat Min Hyuk dan teman-temannya. Tetapi saat akan sampai, langkahku memelan. Entah kenapa aku merasa ragu mengajaknya, khawatir dia tak bisa ikut. Tetapi Hyo Ri terus menarikku. Akhirnya kami sampai. 
Anyeong haseyo Min Hyuk dan semuanya,” aku menyapa mereka sambil tersenyum. Walaupun senyumku agak dipaksakan.    
“Ada apa Eun Ra?” sepertinya dia memang berubah. Dia langsung menanyakan tujuanku datang ke sini tanpa menjawab sapaanku. 
“Umm, Min Hyuk… Kamu mau nggak nanti sore jalan-jalan sama aku, Hyo Ri, dan Min Hwan?” 
“Dimana?”     
“Di taman mungkin.” 
“Eun Ra, tentu saja aku mau,” ucapnya sambil tersenyum manis sekali.    
“Benarkah?” tanyaku dengan nada yang cukup senang karena sepertinya kekhawatiranku tak akan terwujud.   
“Tentu saja. Tapi…”   
“Tapi kenapa?” aku mulai khawatir lagi.      
“Tapi aku tidak bisa. Aku ada les sore ini. Aku benar-benar minta maaf Eun Ra. Mianhe,” Min Hyuk menjelaskan dengan ekspresi benar-benar menyesal.
“Tidak apa-apa Min Hyuk. Aku bisa mengerti. Toh itu untuk kepentinganmu juga.” Kataku berusaha mengerti dia walaupun aku kecewa.          
“Bener?” tanyanya untuk meyakinkan.         
“Iya, bener,” jawabku dengan senyum sebisanya dan semanis mungkin untuk menutupi rasa kecewaku.
Anyong kaseyo,” ucapku dan Hyo Ri sambil berbalik meninggalkan mereka. Saat berbalik aku melihat Seung Hyeon oppa sudah menungguku bertepatan dengan Hyo Ri melihat Min Hwan hampir sampai gerbang. Kami saling mengucapkan selamat tinggal. Aku segera menuju tempat Jong Hoon oppa untuk pulang.
***** 
Saat itu aku sedang melamun sambil mendengarkan musik saat Seung Hyeon oppa memanggilku karena Hyo Ri dan Min Hwan datang. Aku menyuruh mereka menungguku bersiap-siap. Setelah selesai, kami berangkat. Rencana awalnya kami mau ke taman. Tetapi entah mengapa kami malah jalan-jalan di mall. Tetapi kami bersenang-senang di sana. Hingga kami dikejutkan oleh apa yang di lihat Hyo Ri.
“Hei, bukankah itu Min Hyuk?” tanya Hyo Ri dengan nada agak kaget.      
“Hah? Yang mana?” aku dan Min Hwan bertanya serempak.         
“Itu lho, di toko baju yang kayaknya sama cewek,” Hyo Ri memberi tahu sambil menunjuk tempat dan orang yang dimaksud.
“Ah iya, sepertinya itu Min Hyuk,” kata Min Hwan setelah mengamati orang itu. 
“Mungkin iya,” ucapku dengan agak ragu.   
Kami mendekat ke tempat toko tempat orang yang sepertinya Min Hyuk berada. Setelah kuperhatikan, dia memang Min Hyuk. Dan dia bersama seorang cewek yang nggak kukenal. Sakit memang melihat itu semua. Tetapi aku berusaha berfikiran positif. Mungkin saja itu kakak sepupunya, karena dia anak tunggal. Hingga akhirnya aku mengajak Hyo Ri dan Min Hwan pergi makan dari pada melihat mereka terus. Kami berjalan ke arah yang berlawanan dengan tempat dimana Min Hyuk berada. Aku berada di belakang Hyo Ri dan Min Hwan yang asyik bercanda. Kemudian aku menoleh ke belakang sekali. Dan kulihat mereka berpelukan. Hatiku semakin sakit melihatnya. Namun aku tetap berusaha tegar dan melupakan apa yang kulihat barusan. Aku berbalik, bergabung dengan Hyo Ri dan Min Hwan. Kami kembali bersenang-senang. Beberapa menit kemudian aku sudah melupakan apa yang kulihat tadi.
*****
Sebulan kemudian…  
Entah mengapa tiba-tiba aku ingat kejadian-kejadian yang dimulai sejak sebulan lalu. Tentang apa yang aku, Hyo Ri, dan Min Hwan lihat. Setelah kami melihat Min Hyuk di mall sebulan lalu, kami sempat beberapa kali melihat Min Hyuk lagi di mall dan di taman. Dan dia selalu bersama dengan cewek yang sama. Hubunganku dengan Min Hyuk juga semakin renggang. Akhirnya aku memutuskan untuk mengajak Min Hyuk membicarakan masalah ini nanti sepulang sekolah. Saat bel pulang sekolah berbunyi aku langsung menarik tangan Min Hyuk.        
“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu sebentar.”           
“Oke, ada apa?” tanyanya heran.
“Nanti kamu juga tau. Ayo ke halaman belakang,” kataku sambil tersenyum.
Min Hyuk mengerutkan kening. Lalu tanpa ragu ataupun curiga dia mengikutiku. Halaman belakang sekolah biasanya memang dipakai murid-murid untuk membicarakan suatu masalah dengan orang lain. Setelah sampai aku mulai bicara.       
“Min Hyuk, ingatkah hari apa ini?” tanyaku sambil tersenyum manis.       
“Tentu saja, hari Sabtu kan?” dia menjawab dengan agak ragu.     
“Min Hyuk! Apa kamu lupa? Hari ini tepat setahun kita pacaran!” ucapku dengan nada seolah-olah kesal.         
“Oh iya! Selamat untuk kita,” katanya sambil tersenyum manis sekali.      
“Selamat selamat selamat!,” aku ikut tersenyum manis yang sebenarnya dibuat-buat.    
“Nah, udah ngomongnya?” pertanyaan itu sungguh merusak suasana.      
“Tentu saja belum. Aku ingin menanyakan suatu hal padamu. Maukah kamu menjawabnya?” aku masih tersenyum dan sikapku menjadi agak formal.    
“Eh, tentu,” dia menjawab dengan agak ragu dan senyumnya sudah mulai memudar. Sepertinya sekarang dia menerka apa pertanyaanku. 
“Min Hyuk,” aku mengela nafas, “aku ingin penjelasan tentang siapa cewek yang sering kamu ajak jalan-jalan di sore hari,” mataku mulai berkaca-kaca, tetapi aku bertahan untuk tidak menangis.         
“Eh? Yang mana ya?” dia mulai pura-pura tidak tahu.        
“Sudahlah, sejak sebulan lalu aku, Hyo Ri, dan Min Hwan beberapa kali melihatmu bersama seorang cewek di mall atau taman!” aku berusaha tidak menangis. Aku membayangkan Jae Jin oppa tersenyum karena senyumnya itu selalu bisa menguatkanku saat sedih ataupun meredakan amarah dan kekesalanku. Yah, aku pun tidak menangis.           
Aku dan Min Hyuk terus berdebat. Hingga akhirnya aku yang menang dan dia mengakui semuanya. Sebenarnya sejak awal dia memang tidak mencintaiku. Dia hanya mempermainkan perasaanku. Cewek itu adalah ceweknya yang asli, yang sudah bertahun-tahun pacaran dengannya. Dia yang biasanya di hadapanku hanyalah topeng. Sikap manisnya hanya sandiwara belaka. Aku kecewa dan berlari meninggalkannya.
***** 
Dan disinilah aku. Duduk di tanah yang becek karena terkena derasnya air hujan. Menumpahkan air mata beserta seluruh kepedihan di hatiku bersama langit yang menumpahkan air ke Seoul dengan deras. Hatiku penuh dengan rasa sakit, perih, kecewa, yang semuanya bercampur jadi satu. Min Hyuk, seseorang yang sangat berharga bagiku sampai sudah kuanggap sebagai bagian dari hidupku dan kupikir akan menjadi cinta terakhirku telah membohongiku begitu jauh. Semua perkataannya bohong, semua cintanya hanya sandiwara belaka. Aku benar-benar sangat bodoh telah mempercayainya. Tapi entah kenapa aku merasa masih mencintainya. Aku masih ingin menunggunya, aku tetap ingin bersamanya. Yah, dan beginilah akhirnya. Dia mengecewakanku, tapi aku tak sanggup melupakannya. Mungkin aku akan tetap menunggunya semampuku.
***** 
Dengan seragam yang basah terkena hujan dan kotor tekena lumpur, aku berjalan pulang ke rumah.    
“Hei, ada apa dengan pakaianmu Eun Ra?” Jae Jin oppa kaget melihatku yang tampak berantakan. Tetapi aku hanya diam dan tetap jalan ke kamar dan mengambil baju. Lalu aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.     
“Eun Ra! Apa yang terjadi padamu?” Seung Hyun oppa yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihatku di depan kamar mandi dengan keadaan seperti ini. Aku tetap diam dan langsung masuk ke kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Setelah selesai aku kembali ke kamar dan menutup pintu. Lalu aku duduk di tempat tidur sambil menatap ke arah hujan yang masih mengalir deras. Ku putar lagu After Love dari F.T Island di I-pod ku dan aku kembali merenungi kejadian buruk yang hari ini telah terjadi. Lagu ini sangat cocok dengan nasib yang menimpaku.
~
Modu da geojitmariya da geojitmariya
Neoui sarangul da geojitmariya
Eetorok apuege haeso
Nal sulpuege haeso ulrego gan saranginjanha
Namanul saranghandago nal jikyeojundago
Neoui sarangun da geojitmariya
Nae maum da gajyeogago sarangdo gajyeogago
Ddeonanun ge saranginjanha
===========================================================================
Gimana? Aneh ya ceritanya? Kalo di pikir-pikir berarti sebenernya ini fanfic pertamaku. Bagi yang baca harap komen ya. Gomawo… 🙂

Beginilah Akhirnya

Annyeong haseo. Hah, bukannya post Whoever You Are part 2 malah ngepost ff lain,hehe. Oke, jadi sebenernya ini tugas bahasa indonesia duluuu(Makanya udah jadi dan tinggal di post. Mendahulukan yang udah jadi, gituh.).

Ceritanya kan suruh bikin cerpen, trus aku bikin cerpen deh dengan niat cuma mau masukin nama Jae Jin, Won Bin, sama Min Hwan. Trus nama Kang Min Hyuk tu aku bikin sendiri liat dari yang nama korea lewat tanggal-bulan-hari lahir tuh lho, tapi cuma asal tanpa merhatiin tanggal, bulan, sama tahun lahirnya(cuma ambil namanya doang).

Dan belakangan setelah ngumpulin ni tugas, aku baru tau kalo drummernya CNB tuh namanya Kang Min Hyuk!(shock). Yasud, akhirnya ini jadi fanfic deh. Makanya, yang bahasa korea ini di miringin, namanya juga buat tugas Bahasa Indonesia-_-(males ngeditnya,wkwk).

><><><><><><><><><><

CAST :

Shin Eun Ra

Kang Min Hyuk a.k.a Kang Min Hyuk

Lee Jae Jin a.k.a Shin Jae Jin (Eun Ra’s brother)

Oh Won Bin a.k.a Shin Won Bin (Eun Ra’s brother)

Song Seung hyeon a.k.a Shin Seung Hyeon (Eun Ra’s brother)

Author a.k.a Han Hyo Ri

Choi Min Hwan a.k.a Hyo Ri’s boyfriend

===========================================================================

Aku berlari ke taman dan berusaha menghilangkan ingatan tentang kejadian hari ini. Sampai di tengah taman aku mulai kelelahan. Akupun berhenti dan berdiri terpaku. Tak terasa air mataku menetes besamaan dengan gerimis yang mulai membasahi Seoul. Hujan turun makin deras, begitu pula tangisku. Langit seperti tahu bagaimana suasana hatiku saat ini. Akhirnya aku terjatuh dan duduk diam sambil terus menangis.

Namaku Shin Eun Ra. Hari ini benar benar penuh kekecewaan untukku. Dan semua ini tak mungkin terjadi bila aku tidak mengenal Kang Min Hyuk, seseorang yang telah membuatku menjadi seperti ini.

*****

(flashback)

Setahun yang lalu…

“Eun Ra, cepatlah bangun! kamu kan harus sekolah,” kudengar suara teriakan Jae Jin oppa yang berusaha membangunkanku.

“Aku kan masih mengantuk oppa!” erangku.

“Kalau jam 7 kamu belum siap, aku tak akan mengantarmu ke sekolah,” ancamnya.

“Minta anterin Won Bin oppa dong.”

“Won Bin udah berangkat. Katanya ada urusan.”

“Umm, telepon Min Hyuk dong!” jawabku tak mau kalah.

“Dia kan anak rajin, jam segini pasti udah disekolah dong. Kamu mau ngerepotin dia ya?”

“Huh! Iya deh aku siap-siap sekarang. Keluar sana!” kataku sambil mendorongnya keluar kamar. Akhirnya aku yang kalah.

“Jae Jin oppa menyebalkan!” pikirku.

Dengan perasaan yang masih sebal aku segera menuruti kata oppaku untuk siap-siap. Sebenarnya aku bisa berangkat sendiri. Tapi kalu ada yang nganter, lebih baik dianter dong. Setelah selesai aku langsung keluar dan berharap menemukan banyak masakan enak di meja. Jae Jin oppa itu jago masak. Sejak kami hanya tinggal bertiga dengan Won Bin oppa, Jae Jin oppa belajar memasak. Dan masakannya sangat enak. Setelah aku sampai meja makan aku membuka tudung saji, dan ternyata….

OPPAAAA! Kenapa cuma ada roti sih? Oppa kok nggak masak?” tanyaku kesal.

“Lagi males, lagi pula tadi aku bangun agak kesiangan jadi nggak memungkinkan masak. Ini aja mungkin mepet soalnya harus nganter kamu dulu.”

“Ugh, ya udah deh.”

“Cepet lho makannya. Nggak dikunyah lebih bagus tuh, kan jadi lebih cepet.”

“Ih oppa! Ya nggak mungkin dong kalo nggak di kunyah. Ini bukan bubur oppa. Emang aku ini binatang?” omelku sampai aku lupa makan rotiku.

“Hahaha, ya nggak lah. Kan cuma bercanda Eun Ra,” jawab oppaku sambil tertawa.

“Hih, katanya keburu-buru. Kok masih sempet-sempetnya bercanda sih?!”

“Udah ah,cepetan makan jangan ngomel terus. Nanti malah bukan cuma aku yang telat, kamu juga telat. Aku ke depan duluan ya.”

“Terserah deh.”

Aku menghabiskan roti dan susuku lalu segera keluar. Kami segera berangkat. 5 menit kemudian kami sampai di sekolahku.

Gomawo oppa,” aku berterimakasih dengan nada dipaksakan, setengah hati, dan senyum yang dibuat-buat karena masih sebal dengan kejadian di rumah tadi.

“Wah nggak ikhlas nih bilang makasihnya?” ucap Jae Jin oppa sambil tersenyum. Senyumnya itu adalah salah satu senjata ampuh untuk membuatku tidak kesal lagi padanya. Walaupun dia saudara kandungku, dia bisa membuatku meleleh! Terkadang aku berfikir jangan-jangan sebenarnya dia bukan saudara kandungku.

“Hehe, gomawo oppaku yang baik,” sekarang nadaku lembut dan senyum yang lebih tulus.

“Nah, gitu dong. Cheonmaneyo.

“Oke, aku ke kelas dulu ya, annyeonghi kyeoseyo!”

Annyeonghi kaseyo,” jawab Jae Jin oppa.

Aku melambaikan tangan dan melihatnya menjauh dari sekolah. Aku berbalik dan berjalan menuju kelasku.

*****

Saat masuk ke kelas, kulihat Hyo Ri sudah ada di kelas. Muncul rencana di pikiranku untuk mengagetkannya dari belakang. Aku berjalan pelan-pelan. Dan di belakangnya aku langsung menjalankan rencanaku.

Annyeong haseyo, Hyo Ri!” ucapku cukup keras hingga aku berhasil membuatnya kaget.

“EUN RA! Ngagetin orang aja sih kamu tuh!” omelnya. Ekspresi kagetnya tadi benar-benar lucu sehingga membuatku tak kuasa menahan tawa.

“Huahaha, ekpresi kagetnya Hyo Ri benar-benar lucu!” aku tertawa terus sampai perutku sakit. Apa lagi muka sebalnya malah membuat tawaku makin menjadi-jadi.

“Sudahlah Eun Ra, jangan di ketawain terus. Kasian lho Hyo Ri. Lagi pula apa perutmu nggak sakit ketawa sampai keyak gitu?” tawaku reda saat mendengar suara yang sepertinya tepat dibelakangku itu. Perasaan geliku menghilang. Aku menoleh ke belakang. Dan ternyata dugaanku benar, itu adalah suara Min Hyuk.

“Ehehe,” hanya itu yang bisa kulakukan di depannya. Bisa kurasakan wajahku memanas. Sepertinya wajahku memerah.

“Cielah, ada yang salah tingkah nih,” kata Hyo Ri sambil tertawa.

“Ih, apaan sih,” ucapku kesal.

Bel masuk berbunyi. Aku kembali ke tempat dudukku dengan perasaan yang melayang. Aku masih terpesona dan sedikit salah tingkah gara-gara Min Hyuk. Padahal sebulan lalu aku sudah resmi menjadi pacarnya. Sejak dari kelas 1 SMP aku memang menyukainya. Dan sekarang mimpiku jadi kenyataan. Bagiku dia adalah cowok yang paling baik. Dia sering membantuku. Terutama dalam urusan pelajaran. Setelah di ajari Min Hyuk, nilaiku naik drastis. Yah, dia memang salah satu murid pintar di sekolahku.

*****

10 bulan kemudian…

Bel pulang berbunyi. Aku dan Hyo Ri segera menuju loker lalu berjalan menuju gerbang. Akhir-akhir ini Min Hyuk tidak pernah mengantarku pulang. Katanya dia ada les. Memang sih dia ikut macam-macam les, tetapi biasanya dia les tiap sore dan malam. Buktinya dulu dia bisa mengantarku pulang. Tapi tak apalah, aku itu kan juga untuk kepentingannya. Walaupun sebenarnya kupikir dia agak berubah. Hyo Ri menunggu pacarnya, Min Hwan. Min Hwan adalah anak SMA di sekolah yang sama dengan kami. Tetapi jam pulang sekolahnya 5 menit lebih lama dari anak SMP. Sedangkan aku meminta Seung Hyeon oppa untuk menjemputku karena Jae Jin oppa belum pulang sekolah. Sesampai di gerbang kami menunggu sambil duduk di bawah pohon dekat gerbang yang masih berada di area halaman sekolah.

“Eun Ra, mau nggak nanti sore kita jalan-jalan?” Hyo Ri membuka pembicaraan.

“Mau dong. Cuma berdua aja nih?”

“Aku ngajak Min Hwan dong. Kamu ngajak Min Hyuk aja,” usulnya.

“Oke, aku usahain deh.”

Aku melihat ke luar gerbang untuk mengecek apakah Seung Hyeon oppa sudah sampai atau belum. Ternyata aku tidak melihat tanda-tanda adanya Seung Hyeon oppa. Tetapi, aku malah melihat Min Hyuk di sana.

“Hei, ada Min Hyuk tuh di sana. Gimana kalo tanya sekarang aja?”

“Oke, ayo ke sana.”

Kami berjalan menuju tempat Min Hyuk dan teman-temannya. Tetapi saat akan sampai, langkahku memelan. Entah kenapa aku merasa ragu mengajaknya, khawatir dia tak bisa ikut. Tetapi Hyo Ri terus menarikku. Akhirnya kami sampai.

Anyeong haseyo Min Hyuk dan semuanya,” aku menyapa mereka sambil tersenyum. Walaupun senyumku agak dipaksakan.

“Ada apa Eun Ra?” sepertinya dia memang berubah. Dia langsung menanyakan tujuanku datang ke sini tanpa menjawab sapaanku.

“Umm, Min Hyuk… Kamu mau nggak nanti sore jalan-jalan sama aku, Hyo Ri, dan Min Hwan?”

“Dimana?”

“Di taman mungkin.”

“Eun Ra, tentu saja aku mau,” ucapnya sambil tersenyum manis sekali.

“Benarkah?” tanyaku dengan nada yang cukup senang karena sepertinya kekhawatiranku tak akan terwujud.

“Tentu saja. Tapi…”

“Tapi kenapa?” aku mulai khawatir lagi.

“Tapi aku tidak bisa. Aku ada les sore ini. Aku benar-benar minta maaf Eun Ra. Mianhe,” Min Hyuk menjelaskan dengan ekspresi benar-benar menyesal.

“Tidak apa-apa Min Hyuk. Aku bisa mengerti. Toh itu untuk kepentinganmu juga.” Kataku berusaha mengerti dia walaupun aku kecewa.

“Bener?” tanyanya untuk meyakinkan.

“Iya, bener,” jawabku dengan senyum sebisanya dan semanis mungkin untuk menutupi rasa kecewaku.

Anyong kaseyo,” ucapku dan Hyo Ri sambil berbalik meninggalkan mereka. Saat berbalik aku melihat Seung Hyeon oppa sudah menungguku bertepatan dengan Hyo Ri melihat Min Hwan hampir sampai gerbang. Kami saling mengucapkan selamat tinggal. Aku segera menuju tempat Jong Hoon oppa untuk pulang.

*****

Saat itu aku sedang melamun sambil mendengarkan musik saat Seung Hyeon oppa memanggilku karena Hyo Ri dan Min Hwan datang. Aku menyuruh mereka menungguku bersiap-siap. Setelah selesai, kami berangkat. Rencana awalnya kami mau ke taman. Tetapi entah mengapa kami malah jalan-jalan di mall. Tetapi kami bersenang-senang di sana. Hingga kami dikejutkan oleh apa yang di lihat Hyo Ri.

“Hei, bukankah itu Min Hyuk?” tanya Hyo Ri dengan nada agak kaget.

“Hah? Yang mana?” aku dan Min Hwan bertanya serempak.

“Itu lho, di toko baju yang kayaknya sama cewek,” Hyo Ri memberi tahu sambil menunjuk tempat dan orang yang dimaksud.

“Ah iya, sepertinya itu Min Hyuk,” kata Min Hwan setelah mengamati orang itu.

“Mungkin iya,” ucapku dengan agak ragu.

Kami mendekat ke tempat toko tempat orang yang sepertinya Min Hyuk berada. Setelah kuperhatikan, dia memang Min Hyuk. Dan dia bersama seorang cewek yang nggak kukenal. Sakit memang melihat itu semua. Tetapi aku berusaha berfikiran positif. Mungkin saja itu kakak sepupunya, karena dia anak tunggal. Hingga akhirnya aku mengajak Hyo Ri dan Min Hwan pergi makan dari pada melihat mereka terus. Kami berjalan ke arah yang berlawanan dengan tempat dimana Min Hyuk berada. Aku berada di belakang Hyo Ri dan Min Hwan yang asyik bercanda. Kemudian aku menoleh ke belakang sekali. Dan kulihat mereka berpelukan. Hatiku semakin sakit melihatnya. Namun aku tetap berusaha tegar dan melupakan apa yang kulihat barusan. Aku berbalik, bergabung dengan Hyo Ri dan Min Hwan. Kami kembali bersenang-senang. Beberapa menit kemudian aku sudah melupakan apa yang kulihat tadi.

*****

Sebulan kemudian…

Entah mengapa tiba-tiba aku ingat kejadian-kejadian yang dimulai sejak sebulan lalu. Tentang apa yang aku, Hyo Ri, dan Min Hwan lihat. Setelah kami melihat Min Hyuk di mall sebulan lalu, kami sempat beberapa kali melihat Min Hyuk lagi di mall dan di taman. Dan dia selalu bersama dengan cewek yang sama. Hubunganku dengan Min Hyuk juga semakin renggang. Akhirnya aku memutuskan untuk mengajak Min Hyuk membicarakan masalah ini nanti sepulang sekolah. Saat bel pulang sekolah berbunyi aku langsung menarik tangan Min Hyuk.

“Tunggu, aku mau ngomong sama kamu sebentar.”

“Oke, ada apa?” tanyanya heran.

“Nanti kamu juga tau. Ayo ke halaman belakang,” kataku sambil tersenyum.

Min Hyuk mengerutkan kening. Lalu tanpa ragu ataupun curiga dia mengikutiku. Halaman belakang sekolah biasanya memang dipakai murid-murid untuk membicarakan suatu masalah dengan orang lain. Setelah sampai aku mulai bicara.

“Min Hyuk, ingatkah hari apa ini?” tanyaku sambil tersenyum manis.

“Tentu saja, hari Sabtu kan?” dia menjawab dengan agak ragu.

“Min Hyuk! Apa kamu lupa? Hari ini tepat setahun kita pacaran!” ucapku dengan nada seolah-olah kesal.

“Oh iya! Selamat untuk kita,” katanya sambil tersenyum manis sekali.

“Selamat selamat selamat!,” aku ikut tersenyum manis yang sebenarnya dibuat-buat.

“Nah, udah ngomongnya?” pertanyaan itu sungguh merusak suasana.

“Tentu saja belum. Aku ingin menanyakan suatu hal padamu. Maukah kamu menjawabnya?” aku masih tersenyum dan sikapku menjadi agak formal.

“Eh, tentu,” dia menjawab dengan agak ragu dan senyumnya sudah mulai memudar. Sepertinya sekarang dia menerka apa pertanyaanku.

“Min Hyuk,” aku mengela nafas, “aku ingin penjelasan tentang siapa cewek yang sering kamu ajak jalan-jalan di sore hari,” mataku mulai berkaca-kaca, tetapi aku bertahan untuk tidak menangis.

“Eh? Yang mana ya?” dia mulai pura-pura tidak tahu.

“Sudahlah, sejak sebulan lalu aku, Hyo Ri, dan Min Hwan beberapa kali melihatmu bersama seorang cewek di mall atau taman!” aku berusaha tidak menangis. Aku membayangkan Jae Jin oppa tersenyum karena senyumnya itu selalu bisa menguatkanku saat sedih ataupun meredakan amarah dan kekesalanku. Yah, aku pun tidak menangis.

Aku dan Min Hyuk terus berdebat. Hingga akhirnya aku yang menang dan dia mengakui semuanya. Sebenarnya sejak awal dia memang tidak mencintaiku. Dia hanya mempermainkan perasaanku. Cewek itu adalah ceweknya yang asli, yang sudah bertahun-tahun pacaran dengannya. Dia yang biasanya di hadapanku hanyalah topeng. Sikap manisnya hanya sandiwara belaka. Aku kecewa dan berlari meninggalkannya.

*****

Dan disinilah aku. Duduk di tanah yang becek karena terkena derasnya air hujan. Menumpahkan air mata beserta seluruh kepedihan di hatiku bersama langit yang menumpahkan air ke Seoul dengan deras. Hatiku penuh dengan rasa sakit, perih, kecewa, yang semuanya bercampur jadi satu. Min Hyuk, seseorang yang sangat berharga bagiku sampai sudah kuanggap sebagai bagian dari hidupku dan kupikir akan menjadi cinta terakhirku telah membohongiku begitu jauh. Semua perkataannya bohong, semua cintanya hanya sandiwara belaka. Aku benar-benar sangat bodoh telah mempercayainya. Tapi entah kenapa aku merasa masih mencintainya. Aku masih ingin menunggunya, aku tetap ingin bersamanya. Yah, dan beginilah akhirnya. Dia mengecewakanku, tapi aku tak sanggup melupakannya. Mungkin aku akan tetap menunggunya semampuku.

*****

Dengan seragam yang basah terkena hujan dan kotor tekena lumpur, aku berjalan pulang ke rumah.

“Hei, ada apa dengan pakaianmu Eun Ra?” Jae Jin oppa kaget melihatku yang tampak berantakan. Tetapi aku hanya diam dan tetap jalan ke kamar dan mengambil baju. Lalu aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

“Eun Ra! Apa yang terjadi padamu?” Seung Hyun oppa yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihatku di depan kamar mandi dengan keadaan seperti ini. Aku tetap diam dan langsung masuk ke kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Setelah selesai aku kembali ke kamar dan menutup pintu. Lalu aku duduk di tempat tidur sambil menatap ke arah hujan yang masih mengalir deras. Ku putar lagu After Love dari F.T Island di I-pod ku dan aku kembali merenungi kejadian buruk yang hari ini telah terjadi. Lagu ini sangat cocok dengan nasib yang menimpaku.

~

Modu da geojitmariya da geojitmariya

Neoui sarangul da geojitmariya

Eetorok apuege haeso

Nal sulpuege haeso ulrego gan saranginjanha

Namanul saranghandago nal jikyeojundago

Neoui sarangun da geojitmariya

Nae maum da gajyeogago sarangdo gajyeogago

Ddeonanun ge saranginjanha

===========================================================================

Gimana? Aneh ya ceritanya? Kalo di pikir-pikir berarti sebenernya ini fanfic pertamaku. Bagi yang baca harap komen ya. Gomawo… 🙂